Gerakan ini sangat bagus. Inspiratif. Menggebrak. Menularkan optimisme. Dan masih banyak lagi kata dan frase positif yang mendeskripsikan gerakan ini. Namun satu pertanyaan tiba-tiba datang ke kepala saya: setelah ini apa ya?
Kelas Inspirasi ini diinisiasi oleh Gerakan Indonesia Mengajar. Salah satu analisis kebutuhannya, menurut saya, adalah mengakomodasi banyaknya potensi-potensi "pengajar muda" yang tidak mungkin jadi pengajar muda. Tidak mungkin mengajar selama setahun di pedalaman Nusantara. Meninggalkan pekerjaannya. Meninggalkan keluarganya.
Berangkat dari pola pikir diatas, saya pikir Gerakan Kelas Inspirasi juga harus memiliki "anak", seperti layaknya Gerakan Indonesia Mengajar. Kita juga tidak mau kalah dong dengan kakak-kakak kita di IM. Begitulah sentilan di benak saya.
Salah satu evaluasi yang menarik dari kelompok saya adalah bahwa proses kita menginspirasi adik-adik kita di SD kurang mengena. Sosialisasi tentang keilmuan dan profesi kita kepada mereka belum sepenuhnya tersampaikan. Salah satu indikatornya adalah diakhir Kelas Inspirasi, sangat jarang siswa yang menulis cita-citanya sesuai dengan profesi dari si inspirator tersebut. Tapi memang ini tidak terjadi di setiap SD. Buktinya ada juga inspirator yang berhasil membuat siswa-siswa SD tertarik menjadi wiraswasta, profesinya.
Keilmuan saya Geodesi. Profesi saya Geodet. Bahkan untuk beberapa orang dewasa, nama ini terdengar asing kan? Saya ambil contoh yang paling dekat adalah ketika saya memperkenalkan diri dan profesi saya pada saat briefing Kelas Inspirasi. Beberapa kawan baru saya mengingat saya sebagai orang Geologi. Hmm. Walaupun satu fakultas, keilmuan kami berbeda Bung.
Oke. Keilmuan dan keprofesian kami memang (jelas) tidak sepopuler Dokter, Polisi, Pilot, ataupun Arsitek (seperti istri saya). Saya juga tidak berharap setelah saya bercuap-cuap tentang Geodesi selama 30 menit pada satu kelas SD, mereka langsung tertarik dan mengganti cita-cita mereka menjadi Insinyur Geodesi, Surveyor, ataupun Geodet. Target itu terlalu muluk dan analisis saya itu tidak menjadi target utama dari acara Kelas Inspirasi ini.
Yang saya tangkap, target utama acara ini adalah menginspirasi siswa-siswa SD agar berani bercita-cita. Mengenalkan keprofesian menjadi target minor. Untuk lanjutan dari acara Kelas Inspirasi ini, saya terpikir untuk mengubah target minor ini menjadi target utama.
Salah Jurusan
Liverpool mencatat kemenangan historik 3-0 di kandang Manchester United dua hari yang lalu (16 Maret 2014). Pendukung The Reds pastinya senang bukan kepalang (termasuk saya tentunya). Salah satu kunci kemenangan tim tamu adalah jitunya taktik dan formasi yang dirancang oleh Brendan Rodgers, sang pelatih Liverpool. Formasi yang dipilih adalah formasi berlian 4-4-2.
Penempatan Luis Suarez sebagai ujung tombak The Reds menjadi keputusan yang tepat. Sedikit berandai-andai, apabila Suarez dipasang di posisi penjaga gawang, apa jadinya ya? Mungkin gawang Liverpool akan kebobolan lebih mudah. Suarez dipasang sebagai penyerang karena kemampuan dan bakatnya memang sesuai dengan posisi tersebut.
Dikaitkan dengan dunia pendidikan, khususnya perkuliahan, adalah menjadi harapan kita semua bahwa semua calon-calon mahasiswa yang sedang duduk di bangku SMA memilih jurusan yang sesuai dengan minat dan bakatnya. Namun ternyata masih banyak siswa yang mendaftar ke jurusan-jurusan yang sebenarnya kurang tepat untuk mereka. Permasalahannya adalah informasi tentang jurusan-jurusan yang tersedia di kampus jarang tersampaikan secara komprehensif kepada siswa di SMA.
Efek domino dari permasalahan ini bisa sangat panjang. Dimulai dari ketidaktahuan kita dalam menilai minat dan bakat kita, dikombinasikan dengan kurangnya informasi tentang profil jurusan yang tersedia di jenjang kuliah menyebabkan kekeliruan pemilihan jurusan. Kekeliruan ini dapat berlanjut pada kesulitan dalam proses perkuliahan. Kemungkinan yang lebih ekstrim adalah tidak dapat menyelesaikan studinya di kampus.
Pun ketika si mahasiswa dapat menyelesaikan studinya, pada saat bekerja di bidangnya akan cukup sulit untuk menikmati pekerjaan tersebut, apalagi mengembangkan kariernya. Ujung-ujungnya adalah bekerja tanpa improvisasi di bidang tersebut, atau pindah haluan ke bidang lain. Sangat disayangkan.
Saya percaya, ketika seseorang memiliki minat dan bakat di bidang tertentu, maka pada saat dia mendalami bidang tersebut, lalu bekerja di bidang tersebut, dia akan sangat menikmati semua proses itu dan dapat mengembangkan diri secara optimal di bidang yang dia tekuni. Bahkan di suatu titik, dia akan merasakan bahwa dia tidak sedang bekerja, karena dia sangat senang terhadap apa yang dia kerjakan.
Jembatan. Ini yang bersama-sama akan kita bangun. Gerakan Kelas Inspirasi sudah berhasil mengumpulkan para profesional yang jelas-jelas peduli kepada dunia pendidikan Indonesia. Bersama-sama akan kita bangun jembatan informasi antara dunia profesional dengan para siswa SMA.
Mirip dengan Kelas Inspirasi, setelah dibagi menjadi kelompok-kelompok, pada satu hari para inspirator/profesional akan datang ke SMA-SMA untuk menjelaskan keilmuan dan keprofesiannya. Isinya tentu saja lebih mengedepankan tentang kondisi kuliah seperti apa, pelajaran apa yang banyak dipelajari, apakah matematika, atau kimia, dan pelajaran apa yang tidak dipelajari; lalu prospek karier seperti apa, apakah lapangan pekerjaan lebih banyak di kota atau di daerah, atau apakah jurusan ini cocok untuk orang yang senang dengan kegiatan luar-ruangan atau tidak.
Bedanya dengan Kelas Inspirasi, gerakan ini tidak sampai sini saja, tapi ada kelanjutannya. Di akhir sesi, setiap siswa SMA mengisi formulir yang isinya adalah antara lain pelajaran yang disenangi dan jurusan yang diminati/ingin diketahui lebih dalam. Lalu, pada setiap akhir pekan akan diadakan semacam kelas "pendampingan dan pembimbingan" dari para inspirator kepada siswa SMA sesuai dengan jurusan yang diminati tadi.
Contoh, setelah saya (seorang Insinyur Geodesi) mengisi kelas di SMA x, terdapat 2 siswa yang tertarik kepada jurusan Geodesi dan 2 siswa yang ingin mengetahui keilmuan Geodesi lebih dalam lagi, maka pada suatu akhir pekan, saya akan bertemu dengan keempat siswa tersebut untuk menjelaskan lebih mendalam lagi tentang Geodesi, dari mulai perkuliahan sampai dengan prospek lapangan kerjanya. Bahkan untuk lebih menjelaskan tentang Geodesi itu sendiri, saya dapat bekerja sama dengan kampus saya agar mereka dapat melihat langsung proses kerja praktek jurusan Geodesi itu sendiri. Medianya dapat bermacam-macam sekali.
Apabila di SMA x ini ternyata banyak yang tertarik kepada jurusan lain (misalnya Arsitektur), dan ternyata di kelompok ini tidak ada seorang Arsitek, maka saya tinggal mengontak panitia untuk mencari apa di kelompok lain ada seorang Arsitek atau tidak. Sangat fleksibel.
Benang merahnya adalah kita berusaha mengantarkan informasi tentang keilmuan dan keprofesian kita kepada para siswa SMA agar mereka dapat memilih jurusan perkuliahan yang memang sesuai dengan minat dan bakat mereka.
Dengan adanya Gerakan Indonesia Mengajar, lalu lahir Gerakan Kelas Inspirasi, salah satu pilihan lain dalam rangka mengembangkan dunia pendidikan Indonesia adalah dengan gerakan ini. Mari kita semua membayangkan bahwa di Indonesia, beberapa tahun kedepan, sebagian besar profesional pada bidang masing-masing adalah memang orang-orang yang dilahirkan untuk menjadi profesional di bidang tersebut. Tidak ada salah jurusan lagi. Seperti seorang Luis Suarez yang memang ditempatkan di posisi terbaiknya, yaitu striker.
Cimahi, 20140318, 11:00
Keilmuan saya Geodesi. Profesi saya Geodet. Bahkan untuk beberapa orang dewasa, nama ini terdengar asing kan? Saya ambil contoh yang paling dekat adalah ketika saya memperkenalkan diri dan profesi saya pada saat briefing Kelas Inspirasi. Beberapa kawan baru saya mengingat saya sebagai orang Geologi. Hmm. Walaupun satu fakultas, keilmuan kami berbeda Bung.
Oke. Keilmuan dan keprofesian kami memang (jelas) tidak sepopuler Dokter, Polisi, Pilot, ataupun Arsitek (seperti istri saya). Saya juga tidak berharap setelah saya bercuap-cuap tentang Geodesi selama 30 menit pada satu kelas SD, mereka langsung tertarik dan mengganti cita-cita mereka menjadi Insinyur Geodesi, Surveyor, ataupun Geodet. Target itu terlalu muluk dan analisis saya itu tidak menjadi target utama dari acara Kelas Inspirasi ini.
Yang saya tangkap, target utama acara ini adalah menginspirasi siswa-siswa SD agar berani bercita-cita. Mengenalkan keprofesian menjadi target minor. Untuk lanjutan dari acara Kelas Inspirasi ini, saya terpikir untuk mengubah target minor ini menjadi target utama.
Salah Jurusan
Liverpool mencatat kemenangan historik 3-0 di kandang Manchester United dua hari yang lalu (16 Maret 2014). Pendukung The Reds pastinya senang bukan kepalang (termasuk saya tentunya). Salah satu kunci kemenangan tim tamu adalah jitunya taktik dan formasi yang dirancang oleh Brendan Rodgers, sang pelatih Liverpool. Formasi yang dipilih adalah formasi berlian 4-4-2.
Penempatan Luis Suarez sebagai ujung tombak The Reds menjadi keputusan yang tepat. Sedikit berandai-andai, apabila Suarez dipasang di posisi penjaga gawang, apa jadinya ya? Mungkin gawang Liverpool akan kebobolan lebih mudah. Suarez dipasang sebagai penyerang karena kemampuan dan bakatnya memang sesuai dengan posisi tersebut.
Dikaitkan dengan dunia pendidikan, khususnya perkuliahan, adalah menjadi harapan kita semua bahwa semua calon-calon mahasiswa yang sedang duduk di bangku SMA memilih jurusan yang sesuai dengan minat dan bakatnya. Namun ternyata masih banyak siswa yang mendaftar ke jurusan-jurusan yang sebenarnya kurang tepat untuk mereka. Permasalahannya adalah informasi tentang jurusan-jurusan yang tersedia di kampus jarang tersampaikan secara komprehensif kepada siswa di SMA.
Efek domino dari permasalahan ini bisa sangat panjang. Dimulai dari ketidaktahuan kita dalam menilai minat dan bakat kita, dikombinasikan dengan kurangnya informasi tentang profil jurusan yang tersedia di jenjang kuliah menyebabkan kekeliruan pemilihan jurusan. Kekeliruan ini dapat berlanjut pada kesulitan dalam proses perkuliahan. Kemungkinan yang lebih ekstrim adalah tidak dapat menyelesaikan studinya di kampus.
Pun ketika si mahasiswa dapat menyelesaikan studinya, pada saat bekerja di bidangnya akan cukup sulit untuk menikmati pekerjaan tersebut, apalagi mengembangkan kariernya. Ujung-ujungnya adalah bekerja tanpa improvisasi di bidang tersebut, atau pindah haluan ke bidang lain. Sangat disayangkan.
Saya percaya, ketika seseorang memiliki minat dan bakat di bidang tertentu, maka pada saat dia mendalami bidang tersebut, lalu bekerja di bidang tersebut, dia akan sangat menikmati semua proses itu dan dapat mengembangkan diri secara optimal di bidang yang dia tekuni. Bahkan di suatu titik, dia akan merasakan bahwa dia tidak sedang bekerja, karena dia sangat senang terhadap apa yang dia kerjakan.
Jembatan. Ini yang bersama-sama akan kita bangun. Gerakan Kelas Inspirasi sudah berhasil mengumpulkan para profesional yang jelas-jelas peduli kepada dunia pendidikan Indonesia. Bersama-sama akan kita bangun jembatan informasi antara dunia profesional dengan para siswa SMA.
Mirip dengan Kelas Inspirasi, setelah dibagi menjadi kelompok-kelompok, pada satu hari para inspirator/profesional akan datang ke SMA-SMA untuk menjelaskan keilmuan dan keprofesiannya. Isinya tentu saja lebih mengedepankan tentang kondisi kuliah seperti apa, pelajaran apa yang banyak dipelajari, apakah matematika, atau kimia, dan pelajaran apa yang tidak dipelajari; lalu prospek karier seperti apa, apakah lapangan pekerjaan lebih banyak di kota atau di daerah, atau apakah jurusan ini cocok untuk orang yang senang dengan kegiatan luar-ruangan atau tidak.
Bedanya dengan Kelas Inspirasi, gerakan ini tidak sampai sini saja, tapi ada kelanjutannya. Di akhir sesi, setiap siswa SMA mengisi formulir yang isinya adalah antara lain pelajaran yang disenangi dan jurusan yang diminati/ingin diketahui lebih dalam. Lalu, pada setiap akhir pekan akan diadakan semacam kelas "pendampingan dan pembimbingan" dari para inspirator kepada siswa SMA sesuai dengan jurusan yang diminati tadi.
Contoh, setelah saya (seorang Insinyur Geodesi) mengisi kelas di SMA x, terdapat 2 siswa yang tertarik kepada jurusan Geodesi dan 2 siswa yang ingin mengetahui keilmuan Geodesi lebih dalam lagi, maka pada suatu akhir pekan, saya akan bertemu dengan keempat siswa tersebut untuk menjelaskan lebih mendalam lagi tentang Geodesi, dari mulai perkuliahan sampai dengan prospek lapangan kerjanya. Bahkan untuk lebih menjelaskan tentang Geodesi itu sendiri, saya dapat bekerja sama dengan kampus saya agar mereka dapat melihat langsung proses kerja praktek jurusan Geodesi itu sendiri. Medianya dapat bermacam-macam sekali.
Apabila di SMA x ini ternyata banyak yang tertarik kepada jurusan lain (misalnya Arsitektur), dan ternyata di kelompok ini tidak ada seorang Arsitek, maka saya tinggal mengontak panitia untuk mencari apa di kelompok lain ada seorang Arsitek atau tidak. Sangat fleksibel.
Benang merahnya adalah kita berusaha mengantarkan informasi tentang keilmuan dan keprofesian kita kepada para siswa SMA agar mereka dapat memilih jurusan perkuliahan yang memang sesuai dengan minat dan bakat mereka.
Dengan adanya Gerakan Indonesia Mengajar, lalu lahir Gerakan Kelas Inspirasi, salah satu pilihan lain dalam rangka mengembangkan dunia pendidikan Indonesia adalah dengan gerakan ini. Mari kita semua membayangkan bahwa di Indonesia, beberapa tahun kedepan, sebagian besar profesional pada bidang masing-masing adalah memang orang-orang yang dilahirkan untuk menjadi profesional di bidang tersebut. Tidak ada salah jurusan lagi. Seperti seorang Luis Suarez yang memang ditempatkan di posisi terbaiknya, yaitu striker.
Cimahi, 20140318, 11:00