Saya lagi nonton KickAndy. Lalu Pak Imam Prasojo bilang: di Negara kita ini sedikit sekali orang yang mampu membuat perubahan.
Hmm... Tersentil juga saya jadinya...
Gak jauh-jauh, pikiran saya langsung menuju kembali ke kondisi keilmuan saya: Geodesi. Tentu saja kalau kita membahas suatu keilmuan, maka kondisi keprofesian dari keilmuan tersebut pun ikut terbahas juga.
SMA saya cuma berjarak sekitar 2.5km dari kampus saya. Cukup dekat. Tapi dulu, waktu saya SMA (sudah cukup lama masa itu berlalu) saya belum pernah dengar jurusan "Geodesi".
Salah satu kegiatan paling gampang di dunia ini adalah mencari kesalahan orang lain. Makanya kita gak usah melakukan kegiatan itu disini. Mari kita lakukan kata pertama di judul tulisan ini: Konkret.
Terkadang solusi dari suatu masalah itu sangat simpel. Yang susah adalah menjalankannya. Yang lebih susah lagi adalah memulainya.
Hmm... Tersentil juga saya jadinya...
Gak jauh-jauh, pikiran saya langsung menuju kembali ke kondisi keilmuan saya: Geodesi. Tentu saja kalau kita membahas suatu keilmuan, maka kondisi keprofesian dari keilmuan tersebut pun ikut terbahas juga.
SMA saya cuma berjarak sekitar 2.5km dari kampus saya. Cukup dekat. Tapi dulu, waktu saya SMA (sudah cukup lama masa itu berlalu) saya belum pernah dengar jurusan "Geodesi".
Salah satu kegiatan paling gampang di dunia ini adalah mencari kesalahan orang lain. Makanya kita gak usah melakukan kegiatan itu disini. Mari kita lakukan kata pertama di judul tulisan ini: Konkret.
Terkadang solusi dari suatu masalah itu sangat simpel. Yang susah adalah menjalankannya. Yang lebih susah lagi adalah memulainya.
Salah satu permasalahan utama dari keilmuan Geodesi adalah: kurangnya sosialisasi.
Solusi simpelnya adalah: memperkenalkan Geodesi ke calon-calon mahasiswa, yaitu siswa SMA.
Teknis dari solusi simpel tersebut yang gak kalah simpel adalah:
- siapin materi yang menarik tentang Geodesi
- datang ke SMA
- sampaikan materi yang menarik itu dengan cara yang menarik pula
Oke. Mungkin langkah diatas saya singkat. Memang ada langkah lain yang harus dilakukan, seperti koordinasi dengan pihak sekolah, mengatur komposisi tim yang akan datang ke SMA, siapa tim pematerinya, siapa tim dokumentasi, apa follow-up dari program ini, dsb.
Tapi sebenarnya solusi ini masih dalam koridor dapat-dilakukan (doable) kan?
Solusi ini bukan hal yang baru. Sederhana kok. Saking sederhananya, saya yakin di benak sebagian besar Alumni Geodesi pasti terpikir ide ini. Balik lagi ke tulisan saya diatas: yang lebih susah adalah memulainya.
Dua hari yang lalu saya baca email di milis IMG. Pengurus mengirimkan proposal sebuah rangkaian kegiatan keprofesian. Poin yang menarik adalah salah satu kegiatannya adalah: Geodesi goes to School.
Jujur saya belum merespon email tersebut. Namun jujur juga, saya sangat tertarik dengan kegiatan ini. Harapan saya, program ini dapat menjadi garis start yang tepat untuk kemajuan dan perkembangan keilmuan dan keprofesian Geodesi kedepannya.
Geodesi lebih tersosialisasi ke masyarakat, khususnya kepada siswa-siswa SMA. Dengan begitu harapannya seluruh (atau sebagian besar) mahasiswa yang masuk ke jurusan Geodesi adakah memang yang tertarik menjadi seorang Geodet.
Harapannya adalah seluruh (atau sebagian besar) mahasiswa yang masuk ke jurusan Geodesi adalah yang memiliki bakat terkait keilmuan ini.
Karena saya percaya, apabila kelak dikemudian hari, ketika sebagian besar mahasiswa Geodesi diisi oleh pemuda-pemuda yang tertarik dengan Geodesi sejak awal, dan ditambah pula diisi dengan pemuda-pemuda yang memiliki bakat itu, keilmuan dan keprofesian Geodesi akan jauh lebih berkembang lagi.
Amin.
Muaranya adalah tentu kontribusi positif yang berkesinambungan yang dapat diberikan oleh keilmuan Geodesi kepada Bangsa dan Negara.
Cimahi, 20140228, 22:48